Perkembangan teknologi yang semakin pesat, serta diiringi pengaruh globalisasi yang semakin tinggi, membuat manusia lebih variatif dalam berkomunikasi di kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan banyaknya media komunikasi berbasis digital dan virtual bermunculan di pasar global. Selain itu, adanya perubahan paradigma tentang cara berkomunikasi dengan menggunakan berbagai media digital, telah menuntut manusia untuk bisa responsif dan kreatif menggunakan media komunikasi sesuai dengan keadaan zaman. Kini, komunikasi tak lagi menghadirkan dua orang yang saling bertatap muka untuk menyampaikan pesan yang terkadang terhambat oleh masalah ruang dan waktu, kini komunikasi lebih fleksibel, karena dapat dikemas dan disampaikan melalui banyak cara dengan media yang berbeda-beda pula.
Perkembangan teknologi tersebut mendorong pula kemajuan atau kemudahan sebuah wacana beredar di masyarakat. Setiap wacana memiliki tema untuk diuraikan atau diceritakan dalam wacana. Tema berfungsi sebagai pengikat agar isi wacana teratur, terarah dan tidak menyimpang kesana-kemari. Sebelum menulis wacana, seseorang harus terlebih dahulu menentukan tema, setelah itu baru tujuan. Tujuan ini berkaitan dengan bentuk atau model isi wacana. Tema wacana akan diungkapkan dalam corak atau jenis tulisan seperti apa itu bergantung pada tujuan dan keinginan si penulis. Setelah menetapkan tujuan, penulis akan membuat kerangka karangan yang terdiri atas topik-topik yang merupakan penjabaran dari tema.
Dalam pengertian
linguistik, wacana adalah kesatuan makna (semantis) antarbagian di dalam suatu
bangun bahasa. Oleh karena itu wacana sebagai kesatuan makna dilihat sebagai
bangun bahasa yang utuh karena setiap bagian di dalam wacana itu berhubungan
secara padu. Selain dibangun atas hubungan makna antarsatuan bahasa, wacana
juga terikat dengan konteks. Konteks inilah yang dapat membedakan wacana yang
digunakan sebagai pemakaian bahasa dalam komunikasi dengan bahasa yang bukan
untuk tujuan komunikasi.
Wacana merupakan
suatu pernyataan atau rangkaian pernyataan yang dinyatakan secara lisan ataupun
tulisan dan memiliki hubungan makna antarsatuan bahasanya serta terikat
konteks. Dengan demikian apapun bentuk pernyataan yang dipublikasikan melalui
beragam media yang memiliki makna dan terdapat konteks di dalamnya dapat
dikatakan sebagai sebuah wacana.
Berdasarkan
saluran komunikasinya, wacana dapat dibedakan atas; wacana lisan dan wacana
tulis. Wacana lisan memiliki ciri adanya penutur dan mitra tutur,bahasa yang
dituturkan, dan alih tutur yang menandai giliran bicara. Sedangkan wacana tulis
ditandai oleh adanya penulis dan pembaca, bahasa yang dituliskan dan penerapan
sistem ejaan.
Olehnya
itu semua informasi yang kita terima tidaklah lantas kita mesti terima kebenarannya
karena itu mesti dilakukan analisis dulu untuk memahami tujuan dari kemunculan
informasi tersebut. Jadi secara garis besar Analisis Wacana Kritis dapat kita
artikan sebagai proses mencari kebenaran lebih lanjut dari sebuah informasi
yang kita terima.
Secara garis besar Teurn A. van Dijk, Fairclough, Wodak mengidentifikasikan karakteristik wacana sebagai berikut :
- Tindakan Prinsip pertama, wacana dipahami sebagai sebuah tindakan (action). Dengan pemahaman semacam ini mengasosiasikan wacana sebagai bentuk interaksi. wacana bukan ditempatkan seperti dalam ruang tertutup dan internal.
- Konteks Analisis wacana kritis mempertimbangkan konteks dari wacana, seperti latar, situasi, peristiwa, dan kondisi. Wacana di sini dipandang diproduksi, dimengerti, dan dianalisis pada suatu konteks tertentu. Oleh karena itu, wacana harus dipahami dan ditafsirkan dari kondisi dan lingkungan sosial yang mendasarinya.
- Historis Menempatkan wacana dalam konteks sosial tertentu, berarti wacana diproduksi dalam konteks tertentu dan tidak dapat dimengerti tanpa menyertakan konteks yang menyertainya. Salah satu aspek penting untuk bisa mengerti teks adalah dengan menempatkan wacana itu dalam konteks historis tertentu.
- Kekuasaan Analisis wacana kritis juga mempertimbangkan elemen kekuasaan (power) dalam analisisnya. Di sini setiap wacana yang muncul, dalam bentuk teks, percakapan, atau apapun, tidak dipandang sebagai sesuatu yang alamiah, wajar, dan netral tetapi merupakan bentuk pertarungan kekuasaan.
- Ideologi Ideologi merupakan suatu keyakinan yang diyakini kebenarannya oleh seseorang atau kelompok orang tertentu tanpa dirinya bersikap kritis lagi dan menerima segala pemikiran tersebut sebagai sesuatu hal yang seolah-olah sudah semestinya dilakukan. Secara harfiah, ideologi berarti ilmu tentang ide-ide sesuai dengan perkembangan zaman, perkembangan ilmu, dan pengetahuan. Batasan ideologi adalah sebuah sistem nilai atau gagasan yang dimiliki oleh kelompok atau lapisan masyarakat tertentu, termasuk proses-proses yang bersifat umum dalam produksi makna dan gagasan. Salah satu strateginya adalah membuat kesadaran khalayak, bahwa dominasi itu diterima secara taken for granted (diterima begitu saja). Dalam teks berita misalnya, dapat dianalisis apakah teks yang muncul tersebut pencerminan dari ideologi seseorang, apakah ia feminis, antifeminis, kapitalis, sosialis dan sebagainya.
Setelah
memahami mengenai karakteristik dari sebuah wacana maka kita dapat dengan mudah
untuk menganalisis sebuah wacana. Dalam tulisan ini penulis mengambil contoh
Wacana yang berkembang dimedia televise saat ini adalah pelimpahan kasus Budi
Gunawan (BG) oleh KPK kepada Kejaksaan. Pelimpahan kasus BG kepada kejaksaaan
dinilai merupakan suatu kesalahan atau praktek dimana untuk bias membebaskan BG
dari kasus yang awalnya disidik oleh KPK. Taufiqurahman Ruqi dalam hal ini
sebagai PLT ketua KPK dapat kita lihat dalam pemberitaan yang baru-baru ini
turut serta menolak dan ikut serta proses aksi massa (demo) yang dilakukan
untuk menolak pelimpahan kasus BG kepada Kejaksaan. Hal ini menjadi momok yang
mengganjal di pikiran penulis karena sejauh mana kita ketahui berkas tersebut
dibawah langsung oleh Taufiqurahman Ruki kepada Kejaksaan. Apakah memang benar
keikutsertaan PLT KPK itu mendukung penolakan pelimpahan kasus tersebut ataukah
hanya suatu rencana/kegiatan cuci tangan Taufiqurahman Ruki untuk mempengaruhi
masyarakat bahwa dia benar-benar bebas dari intervensi dalam menjalankan
tugasnya ?
Jadi, penulis dapat mengatakan bahwa suatu proses Analisa Wacana Kritis terkadang kita seolah-olah menonton suatu sinetron dan kita mencoba menebak-nebak cerita lanjutan dari tokoh/pemeran sinetron tersebut. Kesimpulan yang dapat penulis ambil adalah wacana bukanlah sesuatu yang memang murni untuk sekedar berkomunikasi tetapi wacana bisa menjadi alat untuk mendoktrin seseorang untuk mengikuti/didikte oleh pembuat wacana jika kita menerimanya begitu saja tanpa melalui proses analisa.
Rujukan
1:
http://analisiswacanakritis.blogspot.com/2013/03/analisis-wacana-kritis-awk.html
0 komentar:
Posting Komentar
komentar anda adalah batu loncatan buat saya, mohon tinggalkan komentar.. terima kasih